Sejarah Shampo

Shampo adalah sejenis cairan, seperti sabun, yang berfungsi untuk meningkatkan tegangan permukaan kulit (umumnya kulit kepala) sehingga dapat meluruhkan kotoran (membersihkan). Kegiatan membersihkan kulit kepala dan rambut ini disebut keramas. Pada saat keramas, individu dianggap melakukan perawatan dengan mencuci rambut dan kulit kepala agar bersih dari minyak, debu, serpihan kulit, dan kotoran lain yang menempel dirambut seiring aktivitas yang dilakukannya.

Asal Istilah
Shampo adalah sebuah kata bahasa Inggris yang berasal dari India pada era kolonial (sekitar tahun 1762). Berasal dari kata Hindi (champo), dengan asal bahasa Sanskerta (chapati), yang berarti menekan, meremas, atau menenangkan. Shampo yang kemudian diartikan sebagai “mencuci rambut” pertama dicatat pada tahun 1860, dan pada tahun 1866 pertama kali tercatat sebagai kegiatan “membersihkan dengan menggunakan shampo” kemudian pada tahun 1954 artinya diperluas pada penggunaan karpet, perabotan, dan lain sebagainya.

Perkembangan Produk
Pada awalnya, nenek moyang kita sempat berada di era yang menggunakan essential oil, lalu sabun batangan untuk mencuci rambut. Akan tetapi, pemakaian hal ini tak bertahan lama lantaran kurang memenuhi kebutuhan perawatan rambut. Essential oil membuat rambut menjadi lepek dan berminyak sedangkan sabun batangan justru menimbulkan iritasi kulit kepala.

Akhirnya, di tahun 1989, Ahli kimia asal Berlin, Hans Schwarzkopf, melahirkan sebuah inovasi berupa bubuk shampo yang larut dalam air. Produk ini sangat populer pada masanya dan dijual di drugstore miliknya meskipun kandungan alkalinya masih cenderung menyebabkan rambut terlihat kusam.

Tahun 1927, shampo cair pembersih rambut pertama mulai dibuat. Shampo kala itu merupakan cairan sintetis campuran yang ternyata masih saja kurang memberikan hasil yang diinginkan yaitu rambut yang sehat berkilau.
Lalu, di tahun 1930, Procter & Gamble menciptakan shampo cair dengan kandungan bahan dasar sulfat sebagai agen pembersih. Shampo non-alkali baru ditemukan di tahun 1933 oleh Schwarzkopf. Di tahun 1936, Dr. John Breck berhasil memperkenalkan shampo dengan kadar pH seimbang di Amerika. Produk ini mulai dijual secara komersil dengan Breck girls sebagai ikon perusahaan produk perawatan rambut ini.

Shampo kian mengalami diversifikasi produk seiring dengan ditemukannya shampo sintetis di tahun 1950. Komposisi shampo juga terus mengalami pengembangan di era tahun 60-an. Dengan mengandalkan air sebagai bahan utamanya, shampo mulai merambah sejumlah bahan kimia yang diramu khusus untuk membersihkan rambut secara maksimal dengan spesifikasi sesuai kebutuhan pemakainya, seperti formula khusus untuk rambut yang dicat dan serta formula yang lebih lembut untuk bayi. Tahun 1963 juga lahirlah shampo khusus untuk rambut berketombe.

Namun, di tahun 2000-an, beberapa keluhan akan dampak penggunaan shampo berbahan kimia

mulai muncul seiring dengan kontroversi penggunaan Sodium Laureth Sulphate (SLS) pada shampo. Akhirnya, di tahun 2007, mulai lahir shampo natural yang bebas SLS dengan menggunakan bahan dasar essential oil. Perkembangan terakhir di dunia shampo adalah munculnya era dry shampoo yang dapat digunakan tanpa air dan keramas. Dry shampoo sangat efektif untuk menyerap minyak berlebih dan memberikan volume indah tanpa perlu mengggunakan air ataupun blow dryer.

Dampak Penggunaan Shampo Berbahan Kimia
Shampo berbahan kimia dapat memberikan efek negatif bagi rambut dan kulit kepala jika digunakan secara berlebihan atau tidak sesuai dengan jenis rambut. Beberapa bahan kimia yang perlu dihindari dalam shampo adalah.

Sulfat (SLS): Bahan kimia ini dapat menghilangkan kelembaban alami rambut dan kulit kepala, sehingga menyebabkan rambut kering, kusam, dan mudah rusak. Sulfat juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit sensitif.
Paraben: Bahan pengawet ini dapat mengganggu keseimbangan hormon manusia dan diduga dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara.

Formalin: Bahan pengawet ini dapat menyebabkan perubahan kromosom tubuh yang lebih tinggi dan berhubungan dengan leukemia atau kanker darah.
Triclosan: Bahan antibakteri ini dapat mengganggu endokrin, sistem imunitas, penurunan berat badan, dan reproduksi sel tubuh yang tidak terkontrol.

Polyethylene Glycols (PEG): Bahan kimia ini dapat tercampur dengan dioxane, zat penyebab kanker.</li>
Propilen Glikol: Bahan kimia ini digunakan untuk mengatur konsistensi cairan shampo dan membantu rambut dan kulit kepala menyerap bahan lain dalam campuran shampo. Propilen glikol dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata.

Lem: Bahan kimia ini tidak memiliki manfaat apapun bagi rambut dan kulit kepala, malah dapat menyumbat pori-pori dan merusak folikel rambut.

Pemutih: Bahan kimia ini dapat merusak struktur rambut dan menyebabkan rambut patah, bercabang, atau rontok.
Oleh karena itu, sebaiknya Anda memilih shampo yang sesuai dengan jenis rambut Anda dan mengandung bahan-bahan alami yang aman dan bermanfaat bagi kesehatan rambut dan kulit kepala Anda.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *